Indonesia Krisis Ekologi!
Sering terdengar ataupun baca kalimat tersebut?
Alam semesta telah diciptakan sebaik – baiknya guna memenuhi kebutuhan seluruh mahluk hidup di muka bumi ini. Daratan dan lautan dengan sumber daya alam yang melimpah terkandung didalamnya, mahluk hidup baik tumbuhan, hewan, ataupun manusia dibebaskan untuk memanfaatkan segala hal yang telah tersedia dengan tetap melestarikan dan mempertahankan keanekaragaman agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Sayang beribu sayang, kesempatan yang amat begitu besar tanpa batasan disalahgunakan oleh oknum – oknum tak bertanggung jawab. Kalimantan yang seringkali disebut sebagai salah satu paru – paru dunia dan penghasil oksigen terbesar, rasanya saat ini menyisakan lebih banyak lahan gambut dan tandus serta lubang galian tambang. Papua dengan harta karun gunungan emas, tembaga, dan perak, mungkin saat ini sudah mulai menipis akibat eksploitasi yang tak kunjung henti. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari keserakahan oknum – oknum tak bertanggung jawab. Pada kenyataannya, alam indonesia semakin tidak baik – baik saja, tapi mata kita seakan ditutup oleh kenikmatan sesaat.
Menurut BNPB, tercatat sudah 1.205 bencana yang terjadi sejak 1 Januari 2021 hingga 30 April 2021. Banjir menjadi salah satu bencana yang mendominasi yang terjadi hingga 501 kali. Telah kita ketahui, bahwa penyebab terjadinya banjir dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Curah hujan yang tinggi dapat disebut sebagai penyebab utama terjadinya banjir, namun apabila daerah resapan air masih melimpah, maka air hujan akan terserap kedalam tanah dan tersimpan sebagai cadangan dan sumber air tanah. Pada kenyataannya, daerah resapan air semakin sedikit dan tergantikan oleh gedung – gedung pencakar langit, dan juga pemukiman yang semakin menjamur. Lahan hijau menjadi korban atas dalih terpenuhinya kebutuhan manusia.
Krisis ekologi rasanya semakin lama perlu mendapatkan perhatian khusus. Dimulai dari pemanasan global, langit yang selalu terpenuhi polusi, keragaman hayati yang satu persatu mulai hilang, deforestasi yang merajalela, konflik agraria yang terus berseteru, dan degradasi layanan alam. Kerusakan alam tersebut memicu terjadinya bencana ekologis. Bencana ekologis merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi karena faktor lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Sebagian besar wilayah Indonesia terancam mengalami bencana ekologis seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan. Topografi alami wilayah Indonesia menjadi salah satu factor penyebab terjadinya bencana, namun terdapat factor lain yang mempercepat dan meningkatnya potensi terjadinya bencana ekologis, yaitu deforestasi, praktik pertambangan, monokultur seperti perkebunan kelapa sawit yang tidak memenuhi aturan yang berlaku, dan tidak menjadikan lingkungan sebagai factor utama yang perlu diperhatikan dalam pengadaan atau pembangunan sebuah proyek. Sector ekonomi dan investasi ditingkatkan habis – habisan, sampai lupa bahwa lingkungan sudah mulai tidak bersahabat. Area hutan penghasil oksigen dan sumber kehidupan masyarakat sekitar di babat hingga tak bersisa dan berganti perkebunan kelapa sawit berpuluh – puluh hektar, demi memenuhi kebutuhan ekspor sawit ke mancanegara.
Hukum alam memang bekerja sebagaimana mestinya, menuaikan hasil dari apa yang ditanam oleh para oknum. Namun, dampak negatif yang dihasilkan tidak hanya menyerang pelaku, seringkali masyarakat ikut terkena imbas atas apa yang tidak mereka kehendaki. Bencana ekologis muncul karena ketidaktegasan pihak berwenang dalam mengelola dan membatasi kegiatan yang terus mengancam kerusakan lingkungan. Maka, perlu adanya desakan kepada pemerintah sebagai pihak berwenang untuk mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan dampak lingkungan sebagai faktor utama yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam setiap kegiatan proyek besar yang akan dilakukan, serta memberikan sanksi berat bagi setiap pelaku usaha apabila melanggar AMDAL yang telah ditetapkan.
Picture : source google
Ditulis Oleh : Azizah Dwi Ningrum