29 Desember 2018,telah tujuh hari sejak erupsi tanggal 23 Desember 2018 menyebabkan terjadinya tsunami Selat Sunda. Sebanyak tujuh personil KMPLHK RANITA masih bertahan membantu para penyintas bencana tersebut dan membuat posko di Kp. Gunung Pariak, Desa Cigorondong, Kec. Sumur, Pandeglang . Pergerakan hari ini difokuskan pada evakuasi, pendataan dan distribusi logistik dibeberapa titik di Pandeglang.
Relawan terbagi dalam tiga titik yakni dua orang(Deur-deur) melakukan pendataan alur distribusi masuk-keluar logistik di posko; satu orang(Rong-rong) assessment di desa Carita, Kec. Carita; satu orang (Tapang) mengunjungi posko terpadu bersama Dompet Dhuafa di Desa Labuan, Kec. Banyumekar, Pandeglang; dan tiga orang lainnya(Bun-bun, Ore-ore dan Mase) melakukan evakuasi di kampung Haseum desa Cigorondong kec. Sumur. Tapang bersama Dompet Dhuafa pergi menuju desa Labuan untuk memeriksa lokasi yang memungkinkan dijadikan dapur umum. Sesampainya di Labuan, tim tidak menemukan adanya posko yang sesuai dengan kriteria tim. Dari kebanyakan posko telah diperiksa, sudah terorganisir oleh tim-tim relawan lain yang juga membuka dapur umum. Dari pergerakan tersebut tim, mendapatkan informasi data sementara korban meninggal di Kab. Pandeglang berjumlah 292 jiwa, luka-luka 675 jiwa, dan korban hilang yang belum ditemukan 8 jiwa, sedangkan di Kab Serang korban yang meninggal berjumlah 313 Jiwa, luka-luka 83 jiwa. Kemudian untuk status gunung anak Krakatau sementara masih pada level 3 siaga.
Pergerakan yang dilakukan Bun-bun, Ore-ore dan Masemenyusur pantai dengan Alat Pelindung Diri(APD) lengkap didaerah pesisir kp. Haseum desa Cigorondong kec. Sumur. Menurut info, didaerah tersebut masih terdapat dua orang yang hilang. Pesisiran dilakukan selama 3 jam, tim menemukan tempat yang dicurigai terdapat korban hilang di kordinat 06° 43’ 40” LS 105° 30’ 40” BT dikarenakan tempat itu berbau bangkai dan banyak lalat hijau. Tempat yang dicurigai adanya korban hilang tersebut sulit untuk ditembus lantaran lokasi yang berada di gorong- gorong dan banyak sampah yang menutupi daerah tersebut. Hal ini membuat kami kesulitan kerana tidak memiliki alat rescue yang memadai. Dan kembali ke camp pukul 12:03.
Waktu menunjukkan pukul 12:10 WIB. Bun-bun melakukan assasement di Kp Gunung Pariuk Hilir dan Kp. Pariuk Girang sebagai kampung pengungsi yang memiliki jumlah pengungsi sebanyak lebih dari 1000 orang. Di Kampung Pariuk Hilir dan Kp Pariuk Girang terdapat 1 posko logistik yang dikelola oleh warga dan 1 calon dapur umum yang belum beroperasi karena belum adanya alat dapur yang memadai. Dalam Pengelolaan posko belum ada pendataan yang baik. Sampai sekarang pun masih belum ada data mengenai pengungsi, pendataan logistik juga masih belum baik, ada beberapa logistik yang langsung dibagikan. Sempat ke daerah gunung girang dan ada pengakuan bahwa selama masa pengungsian baru 2 kali logistik di drop ke gunung Girang. Tetapi pada hari ini ada pendropan logistik ke kp gunung Girang tersebut. Berdasarkan observasi pengungsi golongan anak-anak cukup banyak kira2 70 orang dan lansia sekitar 60 orang. Selebihnya ibu2, bapak2 dan anak muda umur 17-25 th dan dewasa 26-40 th. Warga disana menyambut hangat jika ada relawan karena relawan disana belum ada yg menetap meskipun sudah banyak logistik yang didistribusikan.