Kebakaran lahan hutan hingga saat ini masih menjadi suatu masalah yang besar bagi Indonesia. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, luas kebakaran hutan dan lahan dari tahun 2016 – 2020 sudah mencapai 3.079.313,77 Ha, bahkan untuk tahun 2021 sendiri hingga hari ini sudah mencapai 4.813 Ha.
Penyebab kebakaran hutan sendiri terbagi menjadi 2, yaitu karena faktor alam dan ulah manusia. Namun seperti yang kita ketahui bahwa sebagaian besar penyebab kebakaran hutan adalah karena ulah manusia. Bahkan pemerintah mengatakan bahwa 99% kebakaran hutan yang terjadi adalah karena ulah manusia itu sendiri, baik karena kelalaian maupun disengaja. Seperti kebakaran hutan yang terjadi didaerah Kalimantan dan Sulawesi yang sebenarnya bertujuan untuk pembukaan lahan pertanian kelapa sawit.
Dampak dari kebakaran hutan sangat berbahaya bagi manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Banyak satwa yang kehilangan tempat tinggal mereka, ekosistem yang rusak, tumbuhan langka yang mati terbakar, yang mana bisa saja sudah punah sebelum kita mengetahui jenisnya. Selain itu, zat-zat yang terkandung dalam asap hasil pembakaran hutan sangat berbahaya untuk kesehatan manusia. Karena asap kebakaran hutan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1. Komponen gas seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan lainnya.
2. Partikel padat yang disebut sebagai particulate matter (PM) yang beterbangan dalam abu asap kebakaran.
3. Zat kimia hasil sisa pembakaran seperti akrolein, formaldehid, benzene, dioksin, dan lainnya.
Ketiga komponen tersebut dapat menimbulkan dampak yang bersifat langsung (akut) dan yang berlangsung lama (kronis). Pada kondisi akut, partikel padat dan zat-zat kimia yang terkandung dalam asap menyebabkan iritasi langsung pada mata dan saluran pernapasan. Paparan pada mata dapat menyebabkan mata perih dan berair.
Begitu juga, udara yang dihirup dalam proses pernapasan yang mengandung asap kebakaran hutan, akan menyebabkan iritasi langsung pada tenggorokan dan seluruh saluran pernapasan. Hal ini memudahkan terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala batuk dan sesak nafas, kanker paru – paru, dan mampu memperparah penyakit para penderita TBC.
Asap dari kebakaran hutan juga berdampak terhadap lapisan ozon. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kebakaran hutan dan lahan mempengaruhi kondisi lapisan ozon. Asap yang berasal dari kebakaran selanjutnya melepaskan senyawa organik ke atmosfer kemudian senyawa tersebut akan bertahan dalam waktu yang lama dan melepaskan gas metana, gas rumah kaca yang 21 kali lebih beracun daripada karbon dioksida dan senyawa ini berbahaya bagi lapisan ozon.
Selain itu dari segi lingkungan akan menyebabkan kekeringan ketika musim kemarau dan menyebabkan kebanjiran ketika musim hujan karena kurangnya kemampuan daya serap tanah terhadap air dan tidak adanya pohon untuk menahan erosi tanah sehingga akan menyebabkan longsor.
Hutan memiliki peran yang sangat penting bagi seluruh makhkuk hidup, selain menjadi rumah bagi jutaan spesies satwa dan tumbuhan, hutan juga berfungsi untuk menjaga iklim di bumi. Oleh karena itu, hutan dapat membantu kita untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi, karena perubahan iklim tidak dapat dihentikan hanya dapat diperlambat.
Oleh : Abdul Jabber